Alur Cerita Museum Peranakan Ketandan & Pengembangan DED
Pada tahun 2021, SEAMS mendapat komisi yang signifikan dari departemen museum di lingkungan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tugas yang dilakukan meliputi pengembangan Rekayasa Desain Terperinci (DED) serta penyusunan alur cerita yang menarik untuk Museum Peranakan Ketandan.
Tujuan utama dari kegiatan Kajian Alur Cerita dan Penataan Ruang adalah untuk mencermati interpretasi dan narasi yang ada di Rumah Ketandan. Fokusnya adalah menilai seberapa baik interpretasi ini menyampaikan nilai-nilai warisan budaya situs tersebut. Studi ini menyelidiki detail rumit tentang bagaimana alur cerita dapat menarik pengunjung, menawarkan mereka pengalaman yang khas dan bermakna.
Studi komprehensif ini berupaya mencari jalan untuk mengintegrasikan interpretasi Peranakan Ketandan ke dalam penawaran pariwisata kota ini. Selain itu, proyek ini bertujuan untuk berkontribusi terhadap pelestarian sejarah dan budaya kawasan Ketandan. Aspek kuncinya adalah mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk menyusun narasi menarik yang memberikan pemahaman lebih mendalam tentang lokalitas Ketandan.
Rumah Ketandan yang terletak di jantung Kota Yogyakarta, sebelah timur Jalan Malioboro, memiliki makna sejarah dalam pembangunan perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta. Terkait dengan atribut nominasi Warisan Dunia Pasar Ketandan dan Beringharjo, serta Poros Filsafat dan sejarah multikultural Yogyakarta, termasuk komunitas Tionghoa Peranakan, Rumah Ketandan berdiri sebagai landmark budaya.
Rumah yang pernah menjadi kediaman Tan Jin Sing atau dikenal dengan nama Kanjeng Raden Tumenggung Secodiningrat ini mempunyai peranan penting dalam sejarah Yogyakarta. Sebagai Kapten Tiongkok di Kedu dan Yogyakarta, Tan Jin Sing menjabat sebagai tokoh masyarakat, pemungut pajak, bahkan menjabat sebagai Bupati Yogyakarta. Narasi seputar Rumah Ketandan merangkum kekayaan makna budaya, sejarah, dan arsitektur.
Menjalani revitalisasi oleh Dinas Khusus Kebudayaan Daerah sejak tahun 2018, Rumah Ketandan telah mengalami transformasi fungsional, dari tempat tinggal menjadi ruang budaya dan saat ini berfungsi sebagai Pusat Pengelolaan Poros Filsafat Kawasan (BPKS). Menyadari betapa pentingnya dan letak Rumah Ketandan yang strategis, maka Kajian Konsep Alur Cerita dan Penataan Ruang Rumah menjadi penting untuk merekomendasikan pemanfaatannya secara optimal.
Tinjauan komprehensif ini mematuhi pendekatan interpretatif yang diuraikan dalam Piagam ICOMOS tentang Interpretasi dan Presentasi Situs Warisan Budaya (2008), Protokol Hoi An untuk Praktik Konservasi Terbaik di Asia (2005), dan menggabungkan metodologi interpretasi nasional dan lokal. Hasil dari penelitian ini tidak hanya akan meningkatkan pengalaman budaya dan sejarah bagi pengunjung tetapi juga berkontribusi terhadap pelestarian dan pemanfaatan Rumah Ketandan secara berkelanjutan sebagai aset budaya penting di Yogyakarta.